aku berharap ini tak terjadi kepadamuTengah tahun, siang bolong
Mantan manager jalan empat tahun, ditembak di muka langsung pikun,
ketawan nyolong, berkali-kali, ketawan curang, pakai uang kas, pakai wewenang
Sering bicara dari belakang, tebar benih, anak-anak saling serang
Sering bawa cerita, kosong, ternyata bohong, tiap kali dikoreksi, kami dipotong
Angkuh, dagu naik terus, semua harus tentang dia
Sampai hari ini dampaknya masih diperbaiki, gak yakin dia merasa bersalah
Tengah tahun, sore cerah
Aku Rasa Kita SelamanyaAku rasa kita selamanya
Kita abadi menyala bersama
Peganganku saat tak ada yang nyata
Andalanku kawan kau slalu ada
Ingatkah saat kita bermalam habis
Atau saat ku linglung digantung habis
Saat kita bersama melihat matahari terbit di awal hari
Dari puncak tertinggi
anak itu belum pulangSuatu hari aku melihat
Payung hitam berbaris rapat
Di televisi, suatu pagi
Sebelum gegas berangkat sekolah
Suatu hari aku tercekat
Pertama kali aku mengerti
Alasan hadir puluhan orang
Baju gelap, nol titik terang
CincinKau bermasalah jiwa
Aku pun rada gila
Jodoh akal-akalan neraka, kita bersama
Kau langganan menangis
Lakimu muntah-muntah
Begitu terus sampai Iblis tobat dan sedekah
Terkadang rasanya leher terbakar hingga pagi
Seperti aku hidup berpasangan dengan api
hated in the NationWe don’t talk about this back home
Lock me up if I talk about this back home
Mistreated some of us back home
Colonized what’s left in the West back home
We sure play pretend back home
Picking scraps of what we used to call home
Cautious of how I use my phone
Fearful of how I set my tone
Janji PalsuSukses hanya dipinjamkan, dan mungkin aku penyewa yang lihai
Hidup dalam angan-angan, di dalam kepala sibuk bertikai
Cinta dan hal banal lain, disobek bagaikan kain
Dijual sesuai berat, dipakai untuk bermain
Semua tak terkecuali, hingga nihil direduksi
Jadi produk nan terkini, sekecil serbuk gergaji
Kata-kata kosong yang kerap kujual
Kami Khawatir, KawanKali ini kemana lagi
Kau ajak tas ranselmu pergi
Kami khawatir, kawan
Sumpah sudah berapa kali
Kau bilang tak mungkin kembali
Kami khawatir, kawan
Kau tahu ku tahu
letdownDua dekade
Ratusan janji yang tak selesai
Taman bermain
Yang berkarat dan terbengkalai
Jadi saksi generasi yang dipaksa tumbuh dewasa
Direnggut masa mudanya dijajah pelayannya
Apakah kita
Memang terpaksa harus berdamai
Masalah Masa DepanKu tak cukup pintar tuk bicarakan uang
Ku tak cukup peka tuk bicarakan alam
Tak cukup bijak tuk bicarakan orang
Pikiranku bertandang, jauh dari sekarang
Yang ku tahu besok hancur berantakan
Seperti kata orang pintar macam Gita Wirjawan
Dan ku tahu siapa untuk disalahkan
Matahari TenggelamSemua yang kau cela
Semua yang kau bela
Hak suara ku kan kau anggap responsif
Menahan diri dianggap lemah
Semuanya tak nyata
Kau pun termakan juga
Batin lapar, kau mudah digembala
Lihat sekarang engkau di mana
Satu Hari LagiLima juta lagi untuk botol minum keras
Tiga juta kosmetik dalam game terus ku kuras
Hanya segelintir uang yang terus keluar deras
Ku sekarang bernafas, tanpa tujuan jelas
Karena tak ada lagi yang kucari di sini
Mimpi menjadi besar tak menggiurkan lagi
Anganku hanya sampai sejauh tanah sendiri
Hanya ingin mengeluh, tak bisa bijak lagi
SecukupnyaKapan terakhir kali kamu dapat tertidur tenang (renggang)
Tak perlu memikirkan tentang apa yang akan datang di esok hari
Tubuh yang berpatah hati bergantung pada gaji
Berlomba jadi asri mengais validasi
Dan aku pun terhadir
Seakan paling mahir
Menenangkan dirimu
Yang merasa terpinggirkan dunia
WAWANCARA LIAR, PT. IMas terima kasih banyak. Yes. Sudah hadir . you're very welcome. Banyak yang dibahas banyak yang harus dilurusin. Tapi sebelumnya, terima kasih sudah disini.
Dan mungkin pertanyaan pertama, kenapa setuju dengan wawancara ini? Well, this is kind of awkward. Yeah. karena to be honest with you. Only if you let it be awkward. Well, you know, I mean, I thought you hated me. No. No. To be honest with you. I thought you hated me. No. Because of your tweets, your your Instagram posts. Tapi gapapa juga. I mean, I mean, this is a healthy relationship. OK. menurut, menurut saya ya karena I do think I healthy. I will, i will apologize if you feel that. I mean too. No no.
You don't have to apologize, Karena. OK. It is your opinion. Ya. And it's a free. I don't. I don't. I don't know. I don't know if this is a free country, Tapi but like it's it's your opinion. Ya. and it's it's totally fine. Dan, dan to be honest with you saya juga kaget pas, pas kamu undang saya karena. Oh my God, I thought you hated me. Tapi ternyata. No. This is like a platonic relationship. Ya. Dimana you have your opinions. Ya. You you criticize me. Tapi saat.
Saat kamu mau berbicara dengan saya, let's go, let's talk about it. OK. Which is totally, totally, totally healthy. Baik. And I like that. OK. Mari kita buka dengan data kalau begitu. Yes Ok. Data terbaru di Asia Tenggara adalah anak muda zaman sekarang, spending hal hal non esensial, dua kali lebih. Yes. Dari pada hal-hal yang esensial. Yes. Tanggapannya? So, i actually wrote it in my book. Yang baru saja saya jual yaa
And thank God banget terima kasih puji Tuhan banget, it's already best selling book right now in Indonesia. Tapi ya, I talked about it in my book dimana itu sebuah hal yang concerning sekali. Emm. concerning banget dan itu dekat banget dengan saya. OK. yeah, dekat banget karena. Saya setuju ini. Yaa dekat banget, kenapa? karena anak saya yang paling tua yang perempuan itu kayak dia sering banget ngomong “daddy aku, mau, mau ngopi sama temen-temen aku”. Oh My God.
Ya walaupun di angkatan saya gak lebih sering ngopi tapi lebih ke “Stadium” yaa. [ tertawa bersama ] im joke, im joking lah. Tapi ya, you know what i mean gitu. Ya berarti kita, kita setuju bahwa ini adalah sebuah masalah. Masalah banget. OK. Karena mereka, mereka, bisa afford coffee, every week yang kalau misalkan dikumpulkan, they could buy a house. OK. Tapi ya, tapi saya juga tidak bisa menyalahkan ke mereka gitu mas. OK tapi. Kenapa, karena. Ini putri putri ini kan masih dalam tanggungan bapak. Betul. Setau saya putri tiga ya? Berarti ya. Tiga, tiga. Cuma ada, ada tiga ya. Putri semua, yes. Masih tanggungan bapak dan, dan bapak menyetujui hal tersebut .Ya. Yakan? Berarti apakah mereka yang salah? Bapak yang salah? Pendidikannya yang salah? atau
So this is basically is a generational problem, ibaratnya begini, zaman sekarang
Millennials Gen. Z, melihat coffee shop sebagai ruang tamu. Hm. Zaman sekarang tuh, coba deh, kalau kita lihat deh, kamu lihat deh misalnya zaman sekarang kalau kita beli rumah-rumah di cluster gitu, gak ada ruang tamu loh. Ya. Zaman sekarang tuh ruang tamu tuh sudah gak ada, masuk langsung ruang tv buat keluarga, langsung dapur, dan saya juga agak kasihan sama mereka kayak, mas zaman sekarang, rumah segede warung tuh 1M. Ya.